Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Iklan

Cerita Sibolga
Senin, 22 Desember 2014, 10.09.00 WIB
Last Updated 2015-05-03T05:36:40Z
asalusul

Asal Mula Santeong Sibolga

Advertisement
Kuburan Santeong Sibolga
Cerita Sibolga - Perlengkapan sebuah kota yang penting adalah kuburan atau kerkhof. Kerkhof atau Kuburan Belanda yang ada di Sibolga letaknya di Terminal sekarang. Dalam tahap perkembangan Kota Sibolga,karena kebutuhan lahan untuk terminal maka kuburan Belanda ini dibongkar. Santeong berasal dari dua kata Sante dan Ong, Sante turunan dari kata Santa (Belanda) dan Ong adalah nama salah satu marga etnis Tionghoa. Kedua perpaduan kata ini umumnya merujuk pada kuburan di seluruh jajahan Belanda di Indonesia.

Tidak hanya di Sibolga, nama Santeong juga ada di Padang, Jakarta, dll. Orang Tionghoa yang pertama menganut Katholik di Batavia, dan diangkat sebagai Santa dahulu bermarga Ong. Saat beliau meninggal oleh orang Belanda di berikan nama Sentiong dan sempat dikeramatkan di sana (Ada jalan Keramat Sentiong di Jakarta).

Ternyata penghormatan Belanda kepada orang Tionghoa tidak di Jakarta saja, juga di kota-kota lain dan seluruh nama pekuburan tersebut dinamai Santeong, termasuk di Sibolga. Sebagai masukan untuk diketahui, sebenarnya ada juga warga Tionghoa Santeong di Sibolga yang luput dari sejarah. 

Kisah Santeong Sibolga
Pada masa awal penjajahan Belanda seorang warga Santeong bernama Acun sangat terkenal perlawanannya membantu para pejuang pribumi. Bersama Poltak, Acun bekerja sama untuk membongkar gudang Belanda. Segala jenis stok makanan dan emas habis diangkat mereka. Mereka menyimpan semua stok makanan di bawah gunung Santiong untuk diberikan pada pejuang Indonesia, mereka hanya mengambil secukupnya untuk kebutuhan makan saja.

Kapten Belanda bernama Van Kolf sempat berhadapan dengan Acun, di bukit Kalangan sebelum Hajoran. Di sini mereka berduel jarak dekat dan Acun melemparkan bambu runcing yang dipegangnya dan menancap tepat di dada Van Kolf. Van Kolf pun mengerang kesakitan dan terjatuh ke tanah dengan menahan rasa sakit. Sebelum terjatuh dan menghembuskan nafas terakhirnya Van Kolf sempat menarik pelatuk bedilnya dan ternyata tembakan Van Kolf tepat mengenai dada Acun sehingga Acun menghembuskan nafas terakhirnya.

Masyarakat Kota Sibolga sangat menghargai keberanian dan semangat juang Acun dan Poltak. Kemudian mereka menandainya dengan meletakkan dua batu besar dan menguburkan Acun dan Poltak di batu tersebut. Setelah tahun 1965 banyak orang Peranakan yang sempat meninggalkan Kota Sibolga datang mencari kuburan nenek moyang mereka yang zaman dahulu pernah membela Kota Sibolga dan dikubur di balik lereng gunung Kalangan. Pada tahun 29 Agustus 1995 kuburan tersebut dibangun menjadi bangunan batu dan terkenal sebagai Topekong penjaga tanah. Bersambung . . . 

Penulis :
Syafriwal Marbun